BLOG ANEUK ACEH "IQBALICS" »

Rabu, 27 Agustus 2008

Keutamaan Berdzikir

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan bumi (kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api neraka”.(QS. Ali-Imran:190-191)

Suatu saat ketika Rasulullah SAW tengah shalat tahajjud, turunlah ayat ini dan beliaupun menangis. Bilal yang berada di dekat Rasulullah SAW melihat beliau menangis bertanya: “Mengapa engkau menangis, ya Rasulullah?” “Celakalah orang yang membaca ayat-ayat ini namun tidak juga mengambil pelajaran darinya”. (QS. 3:190-191)
Digambarkan dalam 2 ayat di atas keterpaduan antara ayat qauliyah dan kewajiban mentadabburinya serta ayat-ayat kauniyah dan kewajiban mentafakkurinya. Kemudian juga antara kegiatan berzikir dan berfikir.

Rasulullah SAW sebagai pribadi mulia yang menjadi panutan digambarkan sebagai orang yang diamnya fikir (senantiasa berfikir) dan bicaranya adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam diri, melamun yang tidak berguna, melainkan diamnya selalu dengan konteks berfikir. Begitu pula bila beliau berkata-kata, seluruh kata-katanya mengandung zikir atau paling tidak mengandung muatan zikir.

Dalam QS. Ali-Imran:102, Allah Taala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan sebenar-benar taqwa (haqqa tuqatih) dan janganlah engkau mati melainkan dalam keadaan Islam”.

Makna taqwa yang “haqqa tuqatihi” dijabarkan dalam hadits sebagai berikut: “Allah senantiasa kau ingat (dzikrullah) dan tidak kamu lupakan. Allah selalu kau syukuri (bersyukur kepada-Nya) dan tidak mengkufuri nikmatnya. Dan Allah senantiasa kau taati dan tidak kau kufuri”.

Salah satu ciri ketaqwaan yang hakiki ternyata adalah berzikir pada-Nya di mana saja dan kapan saja. Artinya di dalam kondisi yang bagaimanapun kita tetap mengingatnya, berzikir dengan hati, akal dan lisan kita.
Zikirullah juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keimanan. Dan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah akan mudah terperosok atau terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan.

Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna ditaqdirkan Allah lahir ke dunia sebagai seorang mujtahid dan pejuang/mujahid. Ia seorang imam dalam segala hal, demikian ungkap Syaikh Ramadhan Al-Buthi. Ia juga pemimpin yang menyejarah, fenomenal, demikian ungkap Abul Hasan Ali An-Nadwi sedangkan komentar Al-Bahi al-Khuli, ia adalah sebuah gagasan yang menyimpan kekuatan. Dan Robert Jackson, pengamat asing menilai bahwa dalam diri Imam Hasan Al-Banna terkumpul kecerdikan politisi, kekuatan para panglima, hujjah para ulama, keimanan kaum sufi, ketajaman analisa para ahli matematika, analogi para filosofi, kepiawaian para orator dan keindahan susunan kata para sastrawan.

Salah satu bentuk kejenialan dan kecemerlangan Hasan Al-Banna adalah konsepnya tentang sosok-sosok rijalud dakwah (pelopor-pelopor dakwah). Bahwa dalam sosok rijalud dakwah itu terkandung konsep ulul albab yang memadukan antara unsur qalb dan ‘aql, antara unsur zikir dan fikir antara unsur keikhlasan, kebersihan hati, ketajaman analisis dan kesempurnaan pemahaman.

Oleh karena itu dalam buku Majmu’ah Rasail Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna yang diterjemahkan oleh penerbit Intermedia, Solo sebagai Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin selain dibahas secara tajam dan jernih berbagai aspek yang krusial dan aktual, maka diulas pula masalah zikir secara lengkap dan rinci beserta contoh-contohnya.

Hasan Al-Banna memuji Rasulullah SAW sebagai sebaik-baik ahli zikir dan pemimpin orang-orang yang berzikir. Rasulullah adalah hamba yang paling mengenal Rabbnya, memiliki lafal-lafal yang indah, kedalaman makna zikir, do’a, syukur, tasbih dan tahmid di setiap waktu dan kesempatan baik zikir yang kecil, maupun zikir yang besar.

Karena Rasulullah SAW selalu berzikir di setiap kesempatan, maka jika ada pertanyaan kapankah kita berzikir, jawabannya adalah di setiap waktu dan tempat. Dan Hasan Al-Banna menuntut agar setiap a’dlo Ikhwanul Muslimin ber-ittiba’ dan berqudwah kepada sunnah Nabi dengan cara menghafal lafal-lafal zikirnya dalam rangka bertaqarrub kepada Allah.

Keutamaan Atau Fadhilah Zikir

Dalam Al-Qur’an ada begitu banyak ayat yang memerintahkan kita untuk memperbanyak zikir. Dan penjelasan tentang keutamaannya juga ada di banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw.

Bahkan di dalam QS. 33:35 yang berisikan ciri-ciri orang-orang yang akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dimulai dari laki-laki dan perempuan yang muslim, mukmin, taat, jujur, sabar, khusyu, bersedekah, berpuasa, menjaga kehormatannya hingga akhirnya puncak kriterianya adalah orang yang banyak mengingat Allah.

Dan di surat yang sama (Al-Ahzab) tetapi di ayat 41 dan 42, tertera jelas firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama Allah) dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”.
Keutamaan zikir juga nampak dalam hadits-hadits ini, “Aku terserah kepada persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Jika ia mengingat-Ku (berzikir) dalam dirinya, Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam sebuah jama’ah, Aku akan menyebutnya di dalam jama’ah yang lebih baik dari mereka”.(Hadits Qudsi, Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah).

Dan dalam hadits Hasan riwayat Tirmidzi dari Abdullah bin Yusr r.a. Ada seorang berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak ada padaku, maka beritahulah kepadaku sesuatu yang aku bisa berpegang teguh dengannya”. Rasulullah pun bersabda: “Hendaklah lisanmu selalu basah karena berzikir kepada Allah”.

Paling tidak ada beberapa keutamaan zikrullah yang dapat disebut di antaranya ialah:

1. Memperoleh ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Iman dan kekuatan zikir serta hubungan dengan Allah menjadi stabilisator jiwa, sehingga seseorang selalu diliputi ketenangan dengan ketenteraman karena selalu ingat Allah. Seorang mukmin tak akan bergembira berlebih-lebihan, melonjak-lonjak atau terhanyut dalam kedukaan yang berkepanjangan. Seperti dalam hadits Nabi SAW: “Sungguh ajaiblah orang yang beriman. Bila diberi karunia ia bersyukur (mengembalikannya kepada Allah) dan itu baik untuknya. Bila diberi musibah ia bersabar dan itu lebih baik lagi untuknya”.

2. Memberatkan timbangan hasanat di Yaumul Mizan. Kata Rasulullah ada ucapan zikir yang ringan diucapkan dan berat timbangan kebaikannya di antaranya ialah: Subhanallah, walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu akbar.

3. Dijauhkan dari segala tipu daya setan dan marabahaya. Dengan seseorang rajin membaca zikir ma’tsurat misalnya di waktu pagi dan petang, maka ia terhindar dari segala marabahaya yang datang dari syaitan jenis manusia maupun jin. Tidak akan terkena terkena tipu daya setan, hipnotis, santet, pelet, dan ilmu hitam lainnya.

4. Memperoleh keberuntungan dan kemenangan.
“Hai orang-orang yang beriman jika sudah ada adzan/panggilan untuk shalat Jum’at, bersegerahlah untuk zikir kepada Allah dan tinggalkan jual beli, itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Maka jika sudah menunaikan shalat itu, bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah bagian dari karunia Allah dan berzikirlah kepada Allah banyak-banyak agar kalian beruntung/sukses”.(QS. Al-Jumu’ah:9-10)
Jadi berzikir kepada Allah banyak-banyak adalah kunci keberuntungan dan kemenangan.

5. Sebagai alat kontrol dan pengendali diri jika sudah berhasil meraih kemenangan dan kesuksesan. Dalam QS. 110, Allah berfirman: “Ketika pertolongan Allah, dan kemenangan sudah datang dan kamu lihat orang-orang berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah (Islam) keseluruhannya, maka bertasbihlah memuji Rabbmu dan beristigfarlah. Sesungguhnya Ia Maha Pengampun”. Ayat itu mengingatkan kita agar tetap berzikir seandainya kemenangan sudah kita raih karena zikir akan jadi pengendali agar kita tidak lupa diri, ghurur atau takabbur.

0 komentar: